0 komentar
Sepak bola Indonesia Tinggal Tunggu Keputusan FIFA
Headline
IST
 INILAH.COM, Jakarta - Babak kedua polemik kepengurusan PSSI hampir usai, Kini sepak bola Indonesia tinggal menanti keputusan FIFA, yang akan melakukan rapat pada 22 Maret 2012.
Konflik diawali lahirnya liga baru yang ilegal, Liga Primer Indonesia (LPI) bulan Januari 2011, untuk menyaingi Liga Super Indonesia (ISL) menjelang pergantian pengurus. Pada 9 Juli 2011, Djohar Arifin Husin terpilih sebagai ketua umum baru, menggantikan Nurdin Halid.
Polemik liga pun berlanjut karena Djohar ditengarai berusaha mengakomodir klub-klub LPI, liga yang diprakarasi pengusaha Arifin Panigoro, orang yang menjadi ‘sponsor’ majunya Djohar Arifin ke PSSI 1. Kecurigaan semakin menguat setelah Djohar membekukan ISL dan membentuk Indonesian Premier League (IPL). Ia memberikan tempat gratis kepada enam klub yang berbau LPI.
Empat diantaranya merupakan peserta LPI, yakni Persibo Bojonegoro, PSM Makassar, Persebaya Surabaya dan Persema Malang. Satu klub merupakan klub yang baru merger dengan klub LPI, yakni PSMS Medan (merger dengan Bintang Medan). Satu lagi adalah Bontang FC, yang dipimpin oleh loyalis pendukung Djohar Arifin di masa kampanye.
Selain keberatan karena praktek mengutamakan kepentingan golongan, klub-klub ISL juga keberatan karena penambahan klub akan membengkakkan anggaran kompetisi dalam semusim. Padahal, pada tahun pemerintah justru menyetop izin penggunaan uang negara untuk mengelola klub.
Kegelisahan klub ini mendapat simpati dari empat anggota Komite Eksekutif PSSI, La Nyalla Mattalitti, Toni Aprilani, Robertho Rouw dan Erwin Dwi Budiawan. Keempat anggota ini akhirnya dipecat ketua umum dengan alasan pelanggaran kode etik. Keempatnya kemudian menggalang dukungan, pertama-tama dari pengurus PSSI tingkat provinsi (pengprov). Alhasil, 26 ketua pengprov dipecat PSSI.
Diprakarsai La Nyalla, gerakan Kongres Luar Biasa (KLB) untuk mengganti Djohar pun digulirkan. Sebanyak 473 anggota PSSI, terdiri dari pengurus cabang sampai klub amatir, membentuk Komite Penyelamat Sepak bola Indonesia (KPSI). Komite ini yang kemudian merancang jalan menuju KLB.
Rekonsiliasi sempat didengungkan PSSI, namun mereka juga tidak menunjukkan kesungguhannya. Setiap usaha rekonsiliasi tidak pernah dihadiri ketua umum PSSI, termasuk diplomasi yang diprakarsai Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) sebagai induk organisasi olahraga nasional. Rekonsiliasi pun gagal.
Baik PSSI maupun KPSI sudah meminta pendapat FIFA dan AFC untuk membantu menyelesaikan masalah internal ini, namun organisasi sepak bola level dunia dan level regional itu menyarankan agar kedua kubu menyelesaikannya secara internal, lewat kongres, atau lewat badan arbitrase. FIFA juga memberikan ultimatum kepada PSSI untuk menyelesaikan masalahnya sebelum 20 Maret 2012. Jika tidak, Indonesia terancam disanksi FIFA.
KPSI sempat melayangkan gugatan kepada Badan Arbitrase Olahraga Internasional (CAS) untuk PSSI pada 2 Januari 2012. Diantaranya adalah membatalkan rencana Kongres Tahunan karena masalah legalitas dukungan anggota terhadap PSSI. KPSI juga meminta CAS untuk mengeluarkan keputusan sela sebelum kongres digelar. Namun CAS menolak karena kongres belum dilakukan, sehingga belum bisa diukur sejauh mana kerugian yang bisa diukur.
Jumlah pemilik suara yang hadir di Jakarta mencapai 81 suara, sementara di Palangkaraya 97 suara. Padahal, total anggota PSSI yang memiliki hak suara hanya 101. Keduanya saling klaim keabsahan pendukung.
KLB di Jakarta menghasilkan pengurus baru PSSI dengan La Nyalla Mattalitti sebagai ketua umum, sementara di Jakarta, PSSI mendukung penguatan hukuman terhadap klub-klub ISL. Klub ISL boleh bergabung lagi asal mempublikasikan permintaan tertulis.
“Kongres menyetujui penguatan skorsing kepada 33 klub yang telah diputuskan Exco karena mengikut breakaway league (liga sempalan, red.). Namun, kepada seluruh klub tersebut terbuka kesempatan untuk kembali dengan syarat menyampaikan pernyataan kembali bergabung secara tertulis dan terpublikasikan, berjanji untuk memenuhi statuta dan ketentuan yang berlaku,” demikian bunyi poin kesembilan hasil Kongres Tahunan.
Arogansi PSSI tentu tidak akan disambut baik oleh klub-klub ISL, sementara PSSI semakin yakin dengan keabsahannya dan berusaha menggugat balik KLB lewat CAS.
Tenggat waktu dari FIFA untuk PSSI adalah hari ini (20 Maret 2012). Kini, persaingan antara PSSI dan KPSI memasuki periode injury time. Kedua kubu tinggal menanti keputusan final CAS dan FIFA. Ada sejumlah kemungkinan yang bisa terjadi.
Pertama, FIFA kembali mengambil alih PSSI dan membentuk Komite Normalisasi (KN), seperti saat konflik ‘babak pertama’ sepak bola Indonesia, yang melibatkan pengurus era Nurdin Halid dengan pendukung Arifin Panigoro. Dengan demikian, konflik akan memasuki babak tambahan karena kedua kubu akan berusaha menekan KN.
Atau kedua, FIFA menjatuhkan sanksi kepada Indonesia berupa pembekuan hak keanggotaan. Dengan demikian, seluruh perangkat sepak bola Indonesia tidak boleh terlibat dalam seluruh kegiatan resmi FIFA maupun AFC, mulai dari tim nasional, klub hingga perangkat pertandingan. Durasinya bisa dalam hitungan bulan hingga tahunan.
Jika ini terjadi, Indonesia kemungkinan absen dari turnamen Piala AFF 2012. Namun masa hukuman ini bisa dimanfaatkan untuk pembenahan. Brunei Darussalam contohnya. Setelah menjalani sanksi dua tahun, negara yang dulunya menjadi bulan-bulanan Indonesia itu berhasil mengalahkan Tim Garuda pada final Turnamen Hassanal Bolkiah 2012.[yob]